Summer Bliss Background

2013年2月27日水曜日

Nihonjin Corner






 Nama                                : Ide
Tempat, Tanggal Lahir   : Nagano, 1983 
Gol. Darah                         : A
Hobi                                    : Belajar Bahasa Indonesia, belajar    musik,  bermain game
Pendidikan                        : Jurusan Fisika Universitas          Shinshu Jepang, Kelas Lanjutan INCULS FIB UGM, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Jogjakarta


Manga dan anime shoujo memang dikenal sebagai manga dan anime yang diperuntukan bagi perempuan. Namun pada perkembangannya, manga dan anime shoujo sedikit demi sedikit mampu menarik perhatian laki-laki dengan kekhasan gambar, cerita, hingga pesan yang disampaikannya.
                Di Indonesia, manga dan anime shoujo juga tak kalah peminat dengan manga dan anime shounen. Salah satu yang paling populer adalah anime shoujo Sailormoon yang pernah tayang di salah satu stasiun TV nasional pada tahun 2000-an. Lalu bagaimanakah dengan di Jepang?
                Untuk mengetahui secara pasti perkembangan manga dan anime shoujo menurut laki-laki Jepang, kami berhasil mewawancarai Ide-sensei, salah seorang Nihonjin yang sedang berada di Jogjakarta, yang juga sempat menjadi Sensei pelajaran Kaiwa di Sastra Jepang UGM.

                Berikut hasil wawancara yang kami lakukan dengan Ide-sensei.

1.       Sejak kapan Ide-sensei berada di Indonesia?
Saya tiba di Indonesia pada bulan Juli tahun 2011.


2.       Apa alasan Sensei datang ke Indonesia, khususnya ke Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta?
Sewaktu masih belajar di Jepang, saya mulai tertarik dengan Kebudayaan Indonesia. Karena itu saya berniat pergi ke Indonesia. Setelah tiba, saya langsung pergi ke Jogjakarta karena saya dengar Jogjakarta adalah “kota pelajar”.
Sebelumnya saya memang sudah tahu UGM dan Jogjakarta karena memang UGM terkenal. Tetapi saya baru tahu bahwa di UGM ada kelas Bahasa Indonesia untuk mahasiswa asing, yaitu INCULS. Dan saya pun masuk ke kelas tersebut pada September 2011, dua bulan setelah saya tiba di Indonesia.


3.       Berapa lama Sensei akan tinggal di Indonesia?
Belum tahu, tapi kalau saya bisa masuk ke S2 di ISI, saya akan tinggal di Jogjakarta selama dua setengah tahun lagi.


4.      Apa kesan pertama Sensei ketika tiba di Indonesia?
Pertama kali saya tiba di Bandara Soekarno Hatta, jadi saya melihat kota Jakarta terlebih dahulu sebelum ke sini. Saya sempat terkejut karena ternya ada banyak gedung besar di Jakarta. Saya bisa melihat sendiri keadaan Indonesia masa kini yang sedang berkembang. Dan yang paling mengejutkan adalah Shopping Mall di Jakarta karena mutunya sama bagus dengan yang ada di Tokyo.


5.       Apa sajakah perbedaan yang Sensei rasakan antara Jepang dengan Indonesia?
Perbedaannya, biaya hidup di Indonesia sangat murah. Kalau di Jepang, untuk makan sekali di warung atau restoran butuh uang paling sedikit sekitar Rp 60.000. Kemudian di Indonesia ada banyak makanan pedas dan minuman manis serta buah-buahan yang enak sekali!
Sayangnya di Indonesia banyak sampah berserakan, terutama di sungai dan laut.


6.       Apakah Sensei mengetahui perkembangan manga dan anime di Indonesia?
Saya kurang tahu, tetapi saya senang sekali karena manga dan anime yang digemari di Indonesia ternyata hampir semuanya dari Jepang.


7.       Apakah Sensei menyukai manga atau anime, terutama yang bergenre shoujo?
Sewaktu SD, saya menyukai manga dan anime tetapi bukan yang bergenre shoujo kecuali “Chibi Maruko-chan”. Manganya dimuat di majalah manga shoujo “Ribon”. Menurut saya “Chibi Maruko-chan” adalah manga dan anime shoujo yang paling terkenal dan berhasil di Jepang. Bahkan banyak teman laki-laki saya yang juga suka. Tetapi pada saat itu laki-laki yang membaca manga atau menonton anime shoujo selain “Chibi Maruko-chan” masih dianggap aneh.
Sekarang saya menyukai manga dan anime shoujo karena sudah ada banyak manga dan animenya yang menarik dan banyak digemari juga oleh para pembaca laki-laki, misalnya “Chihayafuru”.


8.       Menurut pendapat Sensei, adakah hubungan timbal balik antara manga dan anime shoujo dengan kehidupan sehari-hari di Jepang?
Salah satu contohnya adalah banyak perempuan Jepang yang ikut bersimpati tentang masalah cinta dengan membaca manga atau menonton anime shoujo tersebut.


9.       Lalu bagaimanakah pengaruh manga dan anime shoujo di Jepang bagi laki-laki?
Dengan membaca manga atau menonton anime shoujo, laki-laki bisa mengerti pikiran dan perasaan perempuan tentang cinta, juga tentang apa yang diidam-idamkan perempuan. Oleh karena itu ada banyak laki-laki yang membaca atau menontonnya.


10.   Baiklah, ini pertanyaan terakhir. Bagaimana perasaan Sensei ketika mengetahui manga dan anime Jepang, bukan hanya shoujo, sangat populer di Indonesia?
Saya senang sekali! Saya harap semakin banyak orang Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, mulai belajar bahasa Jepang akibat tertarik dengan budayanya, salah satunya tertarik dengan manga dan anime tersebut.


                Rupanya perkembangan manga dan anime shoujo di Indonesia tak jauh berbeda dengan di Jepang, bahkan dunia. Dan yang pasti, bukan hanya manga dan anime yang bergenre shoujo yang semakin berkembang, tetapi manga dan anime dengan segala jenis genre secara keseluruhan.
                Semoga apa yang Ide-sensei harapkan menjadi semakin nyata dengan semakin banyak orang Indonesia yang mempelajari bahasa Jepang. Karena semakin mengerti bahasa Jepang, semakin mudah kita menonton anime-animenya! :D

0 komentar:

コメントを投稿