![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVkDsPeQOsMT2JyhVLcd59pjcammMDcjmNujo4a7tx111ZNZxhcAADdJ20-eMm-3KVxW2EaHqPnY9EtWvEO3l29k0zRXBqq-ve12ucu-sFPnON5SsJYBPw4zZN5kuTd0Bbx9YvyqFlGlqJ/s320/%7B22B86557-322D-4935-8481-934BAF8C101A%7D.png)
Nama : Ide
Tempat, Tanggal Lahir : Nagano, 1983
Gol. Darah : A
Hobi : Belajar Bahasa Indonesia, belajar musik, bermain game
Pendidikan : Jurusan Fisika Universitas Shinshu Jepang, Kelas Lanjutan INCULS FIB UGM, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Jogjakarta
Gol. Darah : A
Hobi : Belajar Bahasa Indonesia, belajar musik, bermain game
Pendidikan : Jurusan Fisika Universitas Shinshu Jepang, Kelas Lanjutan INCULS FIB UGM, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Jogjakarta
Manga dan anime shoujo memang
dikenal sebagai manga dan anime yang diperuntukan bagi perempuan.
Namun pada perkembangannya, manga dan
anime shoujo sedikit demi sedikit mampu menarik perhatian laki-laki
dengan kekhasan gambar, cerita, hingga pesan yang disampaikannya.
Di Indonesia, manga dan anime shoujo juga tak kalah peminat dengan manga dan anime shounen.
Salah satu yang paling populer adalah anime
shoujo Sailormoon yang pernah
tayang di salah satu stasiun TV nasional pada tahun 2000-an. Lalu bagaimanakah
dengan di Jepang?
Untuk mengetahui secara pasti perkembangan manga dan anime shoujo menurut laki-laki Jepang, kami berhasil mewawancarai Ide-sensei, salah seorang Nihonjin yang sedang berada di Jogjakarta, yang juga sempat menjadi Sensei pelajaran Kaiwa di Sastra Jepang UGM.
Berikut hasil wawancara yang kami lakukan dengan Ide-sensei.
1. Sejak
kapan Ide-sensei berada di Indonesia?
Saya tiba di Indonesia pada bulan Juli tahun 2011.
2. Apa
alasan Sensei datang ke Indonesia,
khususnya ke Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta?
Sewaktu masih belajar di Jepang, saya mulai tertarik dengan
Kebudayaan Indonesia. Karena itu saya berniat pergi ke Indonesia. Setelah tiba,
saya langsung pergi ke Jogjakarta karena saya dengar Jogjakarta adalah “kota
pelajar”.
Sebelumnya saya memang sudah tahu UGM dan Jogjakarta karena memang
UGM terkenal. Tetapi saya baru tahu bahwa di UGM ada kelas Bahasa Indonesia
untuk mahasiswa asing, yaitu INCULS. Dan saya pun masuk ke kelas tersebut pada
September 2011, dua bulan setelah saya tiba di Indonesia.
3. Berapa
lama Sensei akan tinggal di
Indonesia?
Belum tahu, tapi kalau saya bisa masuk ke S2 di ISI, saya akan
tinggal di Jogjakarta selama dua setengah tahun lagi.
4.
Apa kesan pertama Sensei
ketika tiba di Indonesia?
Pertama kali saya tiba di Bandara Soekarno Hatta, jadi saya melihat
kota Jakarta terlebih dahulu sebelum ke sini. Saya sempat terkejut karena
ternya ada banyak gedung besar di Jakarta. Saya bisa melihat sendiri keadaan
Indonesia masa kini yang sedang berkembang. Dan yang paling mengejutkan adalah Shopping Mall di Jakarta karena mutunya
sama bagus dengan yang ada di Tokyo.
5. Apa
sajakah perbedaan yang Sensei rasakan
antara Jepang dengan Indonesia?
Perbedaannya, biaya hidup di Indonesia sangat murah. Kalau di
Jepang, untuk makan sekali di warung atau restoran butuh uang paling sedikit
sekitar Rp 60.000. Kemudian di Indonesia ada banyak makanan pedas dan minuman
manis serta buah-buahan yang enak sekali!
Sayangnya di Indonesia banyak sampah berserakan, terutama di sungai
dan laut.
6. Apakah Sensei mengetahui perkembangan manga dan anime di Indonesia?
Saya kurang tahu, tetapi saya senang sekali karena manga dan anime yang digemari di Indonesia ternyata hampir semuanya dari
Jepang.
7. Apakah Sensei menyukai manga atau anime,
terutama yang bergenre shoujo?
Sewaktu SD, saya menyukai manga
dan anime tetapi bukan yang bergenre shoujo kecuali “Chibi Maruko-chan”. Manganya
dimuat di majalah manga shoujo
“Ribon”. Menurut saya “Chibi Maruko-chan”
adalah manga dan anime shoujo yang paling terkenal dan berhasil di Jepang. Bahkan
banyak teman laki-laki saya yang juga suka. Tetapi pada saat itu laki-laki yang
membaca manga atau menonton anime shoujo selain “Chibi Maruko-chan” masih dianggap aneh.
Sekarang saya menyukai manga dan
anime shoujo karena sudah ada banyak manga dan animenya yang menarik dan banyak digemari juga oleh para pembaca
laki-laki, misalnya “Chihayafuru”.
8. Menurut
pendapat Sensei, adakah hubungan
timbal balik antara manga dan anime shoujo dengan kehidupan sehari-hari
di Jepang?
Salah satu contohnya adalah banyak perempuan Jepang yang ikut
bersimpati tentang masalah cinta dengan membaca manga atau menonton anime
shoujo tersebut.
9. Lalu bagaimanakah
pengaruh manga dan anime shoujo di Jepang bagi laki-laki?
Dengan membaca manga atau
menonton anime shoujo, laki-laki bisa
mengerti pikiran dan perasaan perempuan tentang cinta, juga tentang apa yang
diidam-idamkan perempuan. Oleh karena itu ada banyak laki-laki yang membaca
atau menontonnya.
10. Baiklah,
ini pertanyaan terakhir. Bagaimana perasaan Sensei
ketika mengetahui manga dan anime Jepang, bukan hanya shoujo, sangat populer di Indonesia?
Saya senang sekali! Saya harap semakin banyak orang Indonesia, baik
laki-laki maupun perempuan, mulai belajar bahasa Jepang akibat tertarik dengan
budayanya, salah satunya tertarik dengan manga
dan anime tersebut.
Rupanya
perkembangan manga dan anime shoujo di Indonesia tak jauh
berbeda dengan di Jepang, bahkan dunia. Dan yang pasti, bukan hanya manga dan anime yang bergenre shoujo
yang semakin berkembang, tetapi manga
dan anime dengan segala jenis genre
secara keseluruhan.
Semoga apa yang
Ide-sensei harapkan menjadi semakin
nyata dengan semakin banyak orang Indonesia yang mempelajari bahasa Jepang.
Karena semakin mengerti bahasa Jepang, semakin mudah kita menonton anime-animenya! :D
0 komentar:
コメントを投稿